"Dua bakal penerima Nobel adu jotos". Cerita itu baru cocok diangkat setelah Mario Vargas Llosa dinobatkan sebagai penerima Nobel bidang sastra tahun 2010. Kisah adu jotos itu sebenarnya terjadi lebih dari 30 tahun lalu ketika Mario Vargas memukul Gabriel Garcia Marques (pemenang Nobel sastra 1982) pada tahun 1976 dalam satu peristiwa. Namun kejadian ini diperbincangan kembali tahun 2007 ketika foto Gabriel yang hitam matanya terpublikasi di internet. Dalam caption-nya disebutkan bahwa hitamnya mata Gabriel karena ditonjok Mario.
Tak banyak cerita diungkap dari kejadian itu. Namun dua sastrawan asal Amerika Latin itu (Mario Vargas - Peru sedangkan Gabriel Garcia - Kolombia) sebelumnya sahabat dekat. Gabriel lebih dulu terkenal sebagai sastrawan yang membuat Mario membuat tesis doktornya tentang dia (García Márquez: Story of a Deicide).Namun sejak kejadian itu mereka tak pernah bertegur sapa. Dan permusuhan dua sastrawan besar ini pun terjadi.


Sebelum Mario meraih Nobel tahun ini, posisi "perseteruan" keduanyatak seimbang karena Gabriel adalah peraih Nobel. Sekarang posisinya sama karena sama-sama peraih Nobel sastra.
Ya, itu bumbu masa lalu yang cukup menggelitik. Meskipun kurang nyaman menyimak masa lalu keduanya yang buram itu, adu jotos tersebut bak cerita novel, bidang yang ditekuni keduanya yang membuat mereka meraih Nobel.

Mario Vargas lahir di Peru beberapa bulan setelah kedua orangtuanya bercerai. Ia tak mengenal ayahnya sejak lahir. Pada masa anak-anak, Mario yang dibesarkan keluarga ibunya selalu mendapat penjelasan kalau ayahnya sudah meninggal yang tak disebutkan penyebab meninggalnya. Namun tahun 1946 ketika usianya 10 tahun, ia bertemu untuk pertama kalinya dengan ayahnya. Menariknya, ayah dan ibunya kembali menyatu setelah pertemuan itu.
Dunia tulis-menulis dimulainya ketika ia menjadi wartawan pada koran lokal di Peru ketika masih sekolah. Semasa kuliah kegiatan menjadi wartawan masih terus dilakoninya. Sambil begitu ia rajin menulis cerpen. Novel pertamanya ia buat pada tahun 1959. Hingga tahun 2010 Mario sudah menerbitkan 18 novel.
Selain novel ia juga menulis naskah drama dan buku. Seperti juga para sastrawan Amerika Latin lain yang populer seperti Garcia, Mario juga aktif di dunia politik. "Menulis buku itu bisnis yang sangat sunyi. Kita benar-benar terpisah dari dunia karena tenggelam dalam obsesi dan memori," ujarnya. Ternyata bisnis yang sepi itulah yang mengantarkannya kini menjadi salah satu pemenang Nobel tahun 2010.
0 comments:
Posting Komentar